Sabtu, 16 Mei 2020

#15 Takdir (1)

Pada awalnya aku tidak percaya akan takdir
Dari sekian orang yang kutemui, dia yang paling kubenci
Dia sangat keras kepala, tidak punya perasaan, dan menyebalkan
Satu-satunya yang membuatku kesal bukan main
Bahkan membuatku menjatuhkan air mata tersedu-sedu
Paku kebencian rasanya ingin ku palu di sekujur tubuhnya
Satu-satunya makhluk hidup yang ingin ku enyahkan, ya Dia!

Jalanan aspal sedang kutapaki dengan mantap tanpa ragu
Ketika sampai di tengah jalan, makhluk itu sedikit melunak
Perlahan Elang ganas itu berubah menjadi Merpati Putih
Matanya tak lagi membelalak ataupun sinis terhadapku
Mulut, lidah, serta bibirnya tertutup rapat tak bersuara
Seperti si Buruk Rupa yang melunak di hadapan Belle
Diapun berubah arah dan lembut melangkah menghampiriku

Pikirku dia ingin berdamai denganku yang ia buat terluka
Dia dengan usahanya sedikit demi sedikit menutup lukaku
Menggantinya dengan pertemanan yang membuatku merasa nyaman
Seiring waktu, tanpa kusadari luka itu telah berganti menjadi suka
Kenyamanan yang diberi setidaknya membuatku mengerti sisi lain
Hingga hari berlalu, hubungan ini terus berlanjut sebagai ikatan

Entah ini benar atau salah, tapi aku mulai menyadari sesuatu
Sejak saat itu, aku mempercayai yang disebut sebagai Takdir
Apakah takdir itu berhenti sampai di sini? Jawabannya sudah pasti.
Tidak Tau. 
Hanya saja aku masih mencoba menjalani hari bersamanya

Yogyakarta, 

-GG-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#31 Belum Terlambat Memilihmu

Maaf karena aku terlambat menyadari rasamu kepadaku. Aku hanya terbiasa dengan hari-hari yang dihabiskan bersamamu. Kalau saja aku sadar leb...