Kamis,
13 Desember 2018
Malam
itu rasanya sedikit berbeda dari biasanya. Suara jangkrik yang biasanya
terdengar keras dari hamparan sawah depan rumahku bahkan tidak terdengar sama
sekali. Hari itu rumahku yang sunyi nampak ramai dan ricuh. Aku bahkan beberapa
kali berbicara dalam hati, berharap jika keramaian ini tidak mengganggu
tetangga sebelah yang rumahnya berdempetan dengan rumahku. Sebetulnya suara
kebisingan itu berasal dari suara tawa sekelompok gadis yang berkumpul di
rumahku. Kelompok gadis itu tak lain ialah teman-teman dekatku yang kurang
lebih sudah satu tahun mengisi kehidupanku sebagai mahasiswi tingkat awal.
Anca,
Berta, Icca, Nada, dan Joanne. Mereka adalah para pelaku keributan di rumahku
malam itu. Hmm.. Sebetulnya terkadang aku juga merasa heran, kenapa mereka
cepat sekali akrab denganku. Rasanya baru saja kami bertemu, berkenalan, dan
saling berbagi cerita. Mungkin saja karena cerita yang seringkali kami bagikan
satu sama lain tak lain tak bukan adalah tentang sosok lelaki yang menjadi
idaman kami masing-masing.
Sama halnya dengan topik yang kami ributkan malam itu. Kami saling bercerita tentang perkembangan lelaki yang kami idamkan di Universitas kami tercinta. Walaupun sebenarnya tidak ada perkembangan yang signifikan, tetapi topik itu tetaplah menjadi topik favorit kami untuk meminimalisir bahasan seputar perkuliahan yang sudah cukup menguras otak dan hati kami. Sambil bercerita dan makan gorengan hangat, tak jarang kami membuat kebisingan dengan tawa lepas tanpa keanggunan sama sekali. Kami merasa bebas tertawa tanpa harus malu satu dengan yang lain.
Sama halnya dengan topik yang kami ributkan malam itu. Kami saling bercerita tentang perkembangan lelaki yang kami idamkan di Universitas kami tercinta. Walaupun sebenarnya tidak ada perkembangan yang signifikan, tetapi topik itu tetaplah menjadi topik favorit kami untuk meminimalisir bahasan seputar perkuliahan yang sudah cukup menguras otak dan hati kami. Sambil bercerita dan makan gorengan hangat, tak jarang kami membuat kebisingan dengan tawa lepas tanpa keanggunan sama sekali. Kami merasa bebas tertawa tanpa harus malu satu dengan yang lain.
Malam
yang semakin larut, gorengan yang sudah dingin, dan mata yang mulai sayup-sayup,
sepertinya akan menutup tawa kami malam itu. Sesaat sebelum kami memutuskan
untuk beristirahat, teringat aku akan hal penting yang terlupakan.
“Hei!!
Guys!! Lupaaa!! Jadinya gimana rencana besok? Udah fix semua kah destinasinya?
Terus si Priska jadinya gimana?” teriakku dengan suara lantang yang sontak saja
memaksa teman-temanku untuk kembali membuka mata dan memusatkan pikiran pada
perkataanku.
“kalau
Priska katanya besok nyusul jam 6 pagi dah di sini.” Jawab Icca.
“Ehh
iya e btw, gimana babang sewa mobilnya sudah dikasih tau kalau harus ready jam
6 pagi?” Tanya temanku berta.
“Aman
kok. Udah aku WA tadi. Kalau destinasinya gimana? Fix pakai yang kemaren aja
deh yak? Saut Anca yang membuat kami diam sejenak.
“Iya
fix dah. Cuss tidur, besok bangun pagi. Jangan lupa besok juga goreng nugget
sosis buat sarapan.” Jawab Nada disertai anggukan kepala dari kami semua yang
mengakhiri diskusi singkat itu tepat jam 11 malam.
Jumat,
14 Desember 2018
Tepat
jam 05.00 alarm dari Hp kami saling bersautan. Alarm itu merupakan pertanda
kami harus segera beranjak dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan
keberangkatan kami menuju Solo. Yapp, ini adalah kali pertama kami Hang Out bareng ke luar kota Yogyakarta.
Biasanya kami hanya berkeliling menikmati destinasi wisata di daerah
Yogyakarta. Hang out bersama mereka
memang menjadi suatu agenda wajib yang kami canangkan sejak semester satu
setiap kali selesai ujian akhir semester.
“Bangunn!!
Bangunn!!” teriakku pagi itu untuk membangunkan teman-temanku. Tak lupa aku
menghubungi Priska dan memastikan ia tiba di rumahku tepat waktu.
“ayoo,
ayoo gantian-gantian mandi!” Saut Icca seraya meraih handuk dan masuk ke kamar
mandi.
Pagi
itu nampaknya menjadi hari penuh semangat dari kami. Nada, Berta, dan Joanne
mulai menggoreng sosis dan nugget untuk sarapan kami. Sedangkan aku menuang
beras ke dalam rice cooker, mencucinya terlebih dahulu dan memasaknya. Sambil
menunggu makanan matang, kami bergantian membasuh diri dan berdandan ria. Kami
berdandan rapi, cantik, dan wangi agar bisa mendapatkan hasil jepretan foto
yang maksimal di beberapa destinasi pilihan kami.
Waktu
cepat berlalu, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.00 dan mobil sewaan
kami sudah tiba di depan rumah. Pagi itu aku menjadi orang terakhir yang paling
lama mempersiapkan diri. “Peace guys!” untungnya rundown yang sudah kami susun
diawali dengan berangkat menuju Solo pukul 07.00 pagi. Entah keajaiban apa,
tapi kami berhasil berangkat tepat waktu.
Anca
sudah bersiap dengan SIM nya dan akan menanggung nyawa kami berenam. Saatnya
untuk tancap gas menuju kota Solo. Sepanjang perjalanan, kami membuat karaoke
pribadi di dalam mobil. Kami betul-betul menikmati perjalanan itu meskipun
sesekali kami merasa jantung kami hampir lepas ketika Anca dengan skill menyetirnya mulai menyalip sana
sini dan memasang laju mobil cukup kencang. Well, setidaknya kami tiba di
tujuan lebih cepat dan selamat.
Destinasi
pertama kami jatuh kepada Serabi Notosuman dengan kelembutan serabinya yang
membuat kami ketagihan. Setelah membeli serabi beberapa kotak, kami melanjutkan
perjalanan menuju Kraton Solo. Sesampainya di Kraton Solo, kami tidak bisa
masuk ke dalam karena setiap hari Jumat Kraton Solo tutup.
Dibilang kami kecewa mungkin hampir, tapi kalau udah jalan sama mereka, ada aja idenya. Kami mencoba menelusuri sepanjang jalan daerah luar gedung Kraton untuk mencari spot foto yang aesthetic dan anti mainstream alias tidak banyak orang yang berfoto ria di sana. Melangkah sambil tertawa, kami berfoto ria di beberapa spot foto yang menurut kami cukup mantap. Kami bahkan membuang urat malu kami dan meminta bantuan seorang bapak Hansip yang lewat sambil mengendarai sepeda ontelnya untuk mengabadikan foto kami bertujuh.
Dibilang kami kecewa mungkin hampir, tapi kalau udah jalan sama mereka, ada aja idenya. Kami mencoba menelusuri sepanjang jalan daerah luar gedung Kraton untuk mencari spot foto yang aesthetic dan anti mainstream alias tidak banyak orang yang berfoto ria di sana. Melangkah sambil tertawa, kami berfoto ria di beberapa spot foto yang menurut kami cukup mantap. Kami bahkan membuang urat malu kami dan meminta bantuan seorang bapak Hansip yang lewat sambil mengendarai sepeda ontelnya untuk mengabadikan foto kami bertujuh.
Selepas
kami puas berfoto ria, kami mulai merasa lapar dan haus. Untungnya memang
jadwal kami selanjutnya adalah makan pagi-siang. Kami bergegas menuju ke Selat
Viens yang menyajikan masakan khas Solo, yakni Selat Solo. Makanan yang terbuat
dari daging dan sayuran rebus tersebut ternyata mampu mengenyangkan perut kami.
Setelah energi kami cukup terisi, kami memutuskan untuk berkeliling kota Solo
dari ujung ke ujung sambil mengistirahatkan perut. Diawali dengan mengunjungi
Taman Sriwedari bermaksud untuk mencari tempat untuk beristirahat sembari
menikmati udara di bawah pohon, ternyata taman tersebut sedang direnovasi
sehingga kondisinya masih cukup berantakan
Setelah
berpikir sejenak, akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju balai
kota untuk mengunjungi wisata baru yang disebut Bangker. Setibanya di sana,
ternyata bangker yang dimaksud tidak seperti ekspetasi kami dan hawa dari Bangker
itu tidak seperti biasanya. Sembari kami meminjam toilet, kami menemukan spot
foto yang cukup menarik.
Setelah cukup puas dengan beberapa jepretan foto dan keringat yang sudah mengucur deras karena cuaca panas, selanjutnya kami menuju ke Pasar Gede untuk memburu Es Dawet spesial khas Solo. Jalanan yang padat dan cuaca yang sangat terik, membuat teman-temanku kehabisan energi dan tidak sanggup berjalan masuk ke Pasar. Aku adalah orang yang paling ngidam es dawet itu, jadinya aku ditemani Icca dan Priska berjalan masuk menelusuri gang-gang di dalam pasar hingga menemukan plang yang menunjukkan penjual Es Dawet yang siap kami serbu.
Setelah cukup puas dengan beberapa jepretan foto dan keringat yang sudah mengucur deras karena cuaca panas, selanjutnya kami menuju ke Pasar Gede untuk memburu Es Dawet spesial khas Solo. Jalanan yang padat dan cuaca yang sangat terik, membuat teman-temanku kehabisan energi dan tidak sanggup berjalan masuk ke Pasar. Aku adalah orang yang paling ngidam es dawet itu, jadinya aku ditemani Icca dan Priska berjalan masuk menelusuri gang-gang di dalam pasar hingga menemukan plang yang menunjukkan penjual Es Dawet yang siap kami serbu.
Kondisi
pasar yang sempit, membuatku memutuskan untuk membeli es dawet yang dibungkus
dan diminum di Mobil. Memang rasa es dawet spesial itu masih terngiang hingga
kini. Segar, manis, gurih, dan diminum kala terik matahari berusaha melemahkan
kami. Kondisi perut yang penuh, memaksa kami melewatkan jam makan siang dan
menimbulkan rasa kemageran.
Alhasil bermalas-malasan di dalam mobil sambil menikmati suasana kota Solo menjadi pilihan kami untuk mengisi waktu hingga menjelang sore hari. Mengunjungi gedung milik Jokowi, berputar-putar sambil mencari rumah Jokowi, melewati gedung The Tjolomadu dan The Heritage untuk menghilangkan rasa penasaran kami akan destinasi wisata dengan tarif tiket masuk yang tergolong mahal untuk diterapkan di Solo.
Alhasil bermalas-malasan di dalam mobil sambil menikmati suasana kota Solo menjadi pilihan kami untuk mengisi waktu hingga menjelang sore hari. Mengunjungi gedung milik Jokowi, berputar-putar sambil mencari rumah Jokowi, melewati gedung The Tjolomadu dan The Heritage untuk menghilangkan rasa penasaran kami akan destinasi wisata dengan tarif tiket masuk yang tergolong mahal untuk diterapkan di Solo.
Jam
demi jam sudah berlalu, cuaca panas terik perlahan tergantikan oleh awan
mendung dan meninggalkan tetesan hujan yang semakin deras. Kota Solo yang
padat dan ramai, tertutup oleh air hujan yang turun deras. Hawa dingin, alunan
musik, dan tatapan kosong ke luar jendela mobil cukup mendukung rasa letih kami
setelah seharian berpetualang.
Sembari menunggu satu tempat makan incaran kami buka pada jam 18.00 WIB, kami menyempatkan diri berbelok ke Pusat Grosir Solo untuk berburu batik dan selanjutnya pergi ke salah satu angkringan yang telah di modernisasi ala café. Menikmati minuman jahe dan melahap beberapa jenis sate menjadi pilihan kami sambil mengamati hujan yang tak kunjung reda.
Sembari menunggu satu tempat makan incaran kami buka pada jam 18.00 WIB, kami menyempatkan diri berbelok ke Pusat Grosir Solo untuk berburu batik dan selanjutnya pergi ke salah satu angkringan yang telah di modernisasi ala café. Menikmati minuman jahe dan melahap beberapa jenis sate menjadi pilihan kami sambil mengamati hujan yang tak kunjung reda.
Berkat
minuman hangat, kami seperti kembali mendapatkan energi dan keceriaan. Sesekali
kami tertawa keras di lantai dua angkringan itu yang kebetulan tidak ada orang
lain selain kami. Topik kami saat itu berganti 180 derajat dari biasanya. Sore
itu kami membahas Telebabies yang merupakan anak-anak dari teletubbies kartun
favorit kami. Bernostalgia tentang masa kanak-kanak menjadi bahan lelucon yang
menghibur kami kala itu. Tertawa terus menerus membuat perut kami terasa mulai
longgar. Tepat pukul 18.30 WIB, kami berangkat menuju tempat makan khas Solo
yang menjadi incaran kami. Nasi Liwet.
Lesehan
nasi liwet menjadi destinasi penutup untuk perjalanan kami kali ini. Hangat,
manis, gurih, dan nikmat. Rasa nasi liwet tersebut, sepertinya sekaligus
menggambarkan perjalanan kami di kota Solo kali ini. Hangat, menggambarkan
kebersamaan kami melewati sehari penuh perjalanan menjelajahi kota Solo.
Manis,
perjalanan yang penuh dengan tawa dan kenangan indah saat melalui satu
destinasi ke destinasi lain. Gurih, hang
out bersama mereka tidak pernah sekalipun flat atau datar. Selalu ada cerita sembari kami mengunjungi satu
tempat ke tempat lain.
Selalu ada cara agar kami bisa mengabadikan foto full team, walau terkadang suka tidak tau malu. Nikmat, tidak ada keluh kesah saat panas ataupun saat hujan menyerang. Satu tidak suka semua tidak suka, satu bilang gas semua bilang gas (jalan). Kompak. Kondisi itu membuat perjalanan kami kali ini terasa cukup sempurna. Mungkin akan lebih sempurna ketika kami betul-betul full team. Sebenarnya saat itu ada teman kami yang tidak dapat ikut. Kami berharap lain kali kami bisa kembali Trip ke kota lain, dengan cerita baru yang sama atau lebih seru dari trip kali ini, dan pastinya kami bisa betul-betul full team.
Selalu ada cara agar kami bisa mengabadikan foto full team, walau terkadang suka tidak tau malu. Nikmat, tidak ada keluh kesah saat panas ataupun saat hujan menyerang. Satu tidak suka semua tidak suka, satu bilang gas semua bilang gas (jalan). Kompak. Kondisi itu membuat perjalanan kami kali ini terasa cukup sempurna. Mungkin akan lebih sempurna ketika kami betul-betul full team. Sebenarnya saat itu ada teman kami yang tidak dapat ikut. Kami berharap lain kali kami bisa kembali Trip ke kota lain, dengan cerita baru yang sama atau lebih seru dari trip kali ini, dan pastinya kami bisa betul-betul full team.
Terima
kasih Kota Solo. Terima kasih atas kenangan yang telah terukir satu hari itu.
Terima kasih Damat. See you on the next
story…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar