Senin, 14 Januari 2019

#6 Trip to Solo



Kamis, 13 Desember 2018

Malam itu rasanya sedikit berbeda dari biasanya. Suara jangkrik yang biasanya terdengar keras dari hamparan sawah depan rumahku bahkan tidak terdengar sama sekali. Hari itu rumahku yang sunyi nampak ramai dan ricuh. Aku bahkan beberapa kali berbicara dalam hati, berharap jika keramaian ini tidak mengganggu tetangga sebelah yang rumahnya berdempetan dengan rumahku. Sebetulnya suara kebisingan itu berasal dari suara tawa sekelompok gadis yang berkumpul di rumahku. Kelompok gadis itu tak lain ialah teman-teman dekatku yang kurang lebih sudah satu tahun mengisi kehidupanku sebagai mahasiswi tingkat awal.

Anca, Berta, Icca, Nada, dan Joanne. Mereka adalah para pelaku keributan di rumahku malam itu. Hmm.. Sebetulnya terkadang aku juga merasa heran, kenapa mereka cepat sekali akrab denganku. Rasanya baru saja kami bertemu, berkenalan, dan saling berbagi cerita. Mungkin saja karena cerita yang seringkali kami bagikan satu sama lain tak lain tak bukan adalah tentang sosok lelaki yang menjadi idaman kami masing-masing. 

Sama halnya dengan topik yang kami ributkan malam itu. Kami saling bercerita tentang perkembangan lelaki yang kami idamkan di Universitas kami tercinta. Walaupun sebenarnya tidak ada perkembangan yang signifikan, tetapi topik itu tetaplah menjadi topik favorit kami untuk meminimalisir bahasan seputar perkuliahan yang sudah cukup menguras otak dan hati kami. Sambil bercerita dan makan gorengan hangat, tak jarang kami membuat kebisingan dengan tawa lepas tanpa keanggunan sama sekali. Kami merasa bebas tertawa tanpa harus malu satu dengan yang lain.

Malam yang semakin larut, gorengan yang sudah dingin, dan mata yang mulai sayup-sayup, sepertinya akan menutup tawa kami malam itu. Sesaat sebelum kami memutuskan untuk beristirahat, teringat aku akan hal penting yang terlupakan.

“Hei!! Guys!! Lupaaa!! Jadinya gimana rencana besok? Udah fix semua kah destinasinya? Terus si Priska jadinya gimana?” teriakku dengan suara lantang yang sontak saja memaksa teman-temanku untuk kembali membuka mata dan memusatkan pikiran pada perkataanku.

“kalau Priska katanya besok nyusul jam 6 pagi dah di sini.” Jawab Icca.

“Ehh iya e btw, gimana babang sewa mobilnya sudah dikasih tau kalau harus ready jam 6 pagi?” Tanya temanku berta.

“Aman kok. Udah aku WA tadi. Kalau destinasinya gimana? Fix pakai yang kemaren aja deh yak? Saut Anca yang membuat kami diam sejenak.

“Iya fix dah. Cuss tidur, besok bangun pagi. Jangan lupa besok juga goreng nugget sosis buat sarapan.” Jawab Nada disertai anggukan kepala dari kami semua yang mengakhiri diskusi singkat itu tepat jam 11 malam.

Jumat, 14 Desember 2018

Tepat jam 05.00 alarm dari Hp kami saling bersautan. Alarm itu merupakan pertanda kami harus segera beranjak dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan keberangkatan kami menuju Solo. Yapp, ini adalah kali pertama kami Hang Out bareng ke luar kota Yogyakarta. Biasanya kami hanya berkeliling menikmati destinasi wisata di daerah Yogyakarta. Hang out bersama mereka memang menjadi suatu agenda wajib yang kami canangkan sejak semester satu setiap kali selesai ujian akhir semester.

“Bangunn!! Bangunn!!” teriakku pagi itu untuk membangunkan teman-temanku. Tak lupa aku menghubungi Priska dan memastikan ia tiba di rumahku tepat waktu.
“ayoo, ayoo gantian-gantian mandi!” Saut Icca seraya meraih handuk dan masuk ke kamar mandi.

Pagi itu nampaknya menjadi hari penuh semangat dari kami. Nada, Berta, dan Joanne mulai menggoreng sosis dan nugget untuk sarapan kami. Sedangkan aku menuang beras ke dalam rice cooker, mencucinya terlebih dahulu dan memasaknya. Sambil menunggu makanan matang, kami bergantian membasuh diri dan berdandan ria. Kami berdandan rapi, cantik, dan wangi agar bisa mendapatkan hasil jepretan foto yang maksimal di beberapa destinasi pilihan kami.

Waktu cepat berlalu, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.00 dan mobil sewaan kami sudah tiba di depan rumah. Pagi itu aku menjadi orang terakhir yang paling lama mempersiapkan diri. “Peace guys!” untungnya rundown yang sudah kami susun diawali dengan berangkat menuju Solo pukul 07.00 pagi. Entah keajaiban apa, tapi kami berhasil berangkat tepat waktu.

Anca sudah bersiap dengan SIM nya dan akan menanggung nyawa kami berenam. Saatnya untuk tancap gas menuju kota Solo. Sepanjang perjalanan, kami membuat karaoke pribadi di dalam mobil. Kami betul-betul menikmati perjalanan itu meskipun sesekali kami merasa jantung kami hampir lepas ketika Anca dengan skill menyetirnya mulai menyalip sana sini dan memasang laju mobil cukup kencang. Well, setidaknya kami tiba di tujuan lebih cepat dan selamat.

Destinasi pertama kami jatuh kepada Serabi Notosuman dengan kelembutan serabinya yang membuat kami ketagihan. Setelah membeli serabi beberapa kotak, kami melanjutkan perjalanan menuju Kraton Solo. Sesampainya di Kraton Solo, kami tidak bisa masuk ke dalam karena setiap hari Jumat Kraton Solo tutup. 

Dibilang kami kecewa mungkin hampir, tapi kalau udah jalan sama mereka, ada aja idenya. Kami mencoba menelusuri sepanjang jalan daerah luar gedung Kraton untuk mencari spot foto yang aesthetic dan anti mainstream alias tidak banyak orang yang berfoto ria di sana. Melangkah sambil tertawa, kami berfoto ria di beberapa spot foto yang menurut kami cukup mantap. Kami bahkan membuang urat malu kami dan meminta bantuan seorang bapak Hansip yang lewat sambil mengendarai sepeda ontelnya untuk mengabadikan foto kami bertujuh.

Selepas kami puas berfoto ria, kami mulai merasa lapar dan haus. Untungnya memang jadwal kami selanjutnya adalah makan pagi-siang. Kami bergegas menuju ke Selat Viens yang menyajikan masakan khas Solo, yakni Selat Solo. Makanan yang terbuat dari daging dan sayuran rebus tersebut ternyata mampu mengenyangkan perut kami. Setelah energi kami cukup terisi, kami memutuskan untuk berkeliling kota Solo dari ujung ke ujung sambil mengistirahatkan perut. Diawali dengan mengunjungi Taman Sriwedari bermaksud untuk mencari tempat untuk beristirahat sembari menikmati udara di bawah pohon, ternyata taman tersebut sedang direnovasi sehingga kondisinya masih cukup berantakan

Setelah berpikir sejenak, akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju balai kota untuk mengunjungi wisata baru yang disebut Bangker. Setibanya di sana, ternyata bangker yang dimaksud tidak seperti ekspetasi kami dan hawa dari Bangker itu tidak seperti biasanya. Sembari kami meminjam toilet, kami menemukan spot foto yang cukup menarik. 

Setelah cukup puas dengan beberapa jepretan foto dan keringat yang sudah mengucur deras karena cuaca panas, selanjutnya kami menuju ke Pasar Gede untuk memburu Es Dawet spesial khas Solo. Jalanan yang padat dan cuaca yang sangat terik, membuat teman-temanku kehabisan energi dan tidak sanggup berjalan masuk ke Pasar. Aku adalah orang yang paling ngidam es dawet itu, jadinya aku ditemani Icca dan Priska berjalan masuk menelusuri gang-gang di dalam pasar hingga menemukan plang yang menunjukkan penjual Es Dawet yang siap kami serbu.

Kondisi pasar yang sempit, membuatku memutuskan untuk membeli es dawet yang dibungkus dan diminum di Mobil. Memang rasa es dawet spesial itu masih terngiang hingga kini. Segar, manis, gurih, dan diminum kala terik matahari berusaha melemahkan kami. Kondisi perut yang penuh, memaksa kami melewatkan jam makan siang dan menimbulkan rasa kemageran. 

Alhasil bermalas-malasan di dalam mobil sambil menikmati suasana kota Solo menjadi pilihan kami untuk mengisi waktu hingga menjelang sore hari. Mengunjungi gedung milik Jokowi, berputar-putar sambil mencari rumah Jokowi, melewati gedung The Tjolomadu dan The Heritage untuk menghilangkan rasa penasaran kami akan destinasi wisata dengan tarif tiket masuk yang tergolong mahal untuk diterapkan di Solo.

Jam demi jam sudah berlalu, cuaca panas terik perlahan tergantikan oleh awan mendung dan meninggalkan tetesan hujan yang semakin deras. Kota Solo yang padat dan ramai, tertutup oleh air hujan yang turun deras. Hawa dingin, alunan musik, dan tatapan kosong ke luar jendela mobil cukup mendukung rasa letih kami setelah seharian berpetualang. 

Sembari menunggu satu tempat makan incaran kami buka pada jam 18.00 WIB, kami menyempatkan diri berbelok ke Pusat Grosir Solo untuk berburu batik dan selanjutnya pergi ke salah satu angkringan yang telah di modernisasi ala café. Menikmati minuman jahe dan melahap beberapa jenis sate menjadi pilihan kami sambil mengamati hujan yang tak kunjung reda.

Berkat minuman hangat, kami seperti kembali mendapatkan energi dan keceriaan. Sesekali kami tertawa keras di lantai dua angkringan itu yang kebetulan tidak ada orang lain selain kami. Topik kami saat itu berganti 180 derajat dari biasanya. Sore itu kami membahas Telebabies yang merupakan anak-anak dari teletubbies kartun favorit kami. Bernostalgia tentang masa kanak-kanak menjadi bahan lelucon yang menghibur kami kala itu. Tertawa terus menerus membuat perut kami terasa mulai longgar. Tepat pukul 18.30 WIB, kami berangkat menuju tempat makan khas Solo yang menjadi incaran kami. Nasi Liwet.

Lesehan nasi liwet menjadi destinasi penutup untuk perjalanan kami kali ini. Hangat, manis, gurih, dan nikmat. Rasa nasi liwet tersebut, sepertinya sekaligus menggambarkan perjalanan kami di kota Solo kali ini. Hangat, menggambarkan kebersamaan kami melewati sehari penuh perjalanan menjelajahi kota Solo.

Manis, perjalanan yang penuh dengan tawa dan kenangan indah saat melalui satu destinasi ke destinasi lain. Gurih, hang out bersama mereka tidak pernah sekalipun flat atau datar. Selalu ada cerita sembari kami mengunjungi satu tempat ke tempat lain.

Selalu ada cara agar kami bisa mengabadikan foto full team, walau terkadang suka tidak tau malu. Nikmat, tidak ada keluh kesah saat panas ataupun saat hujan menyerang. Satu tidak suka semua tidak suka, satu bilang gas semua bilang gas (jalan). Kompak. Kondisi itu membuat perjalanan kami kali ini terasa cukup sempurna. Mungkin akan lebih sempurna ketika kami betul-betul full team. Sebenarnya saat itu ada teman kami yang tidak dapat ikut. Kami berharap lain kali kami bisa kembali Trip ke kota lain, dengan cerita baru yang sama atau lebih seru dari trip kali ini, dan pastinya kami bisa betul-betul full team.

Terima kasih Kota Solo. Terima kasih atas kenangan yang telah terukir satu hari itu. Terima kasih Damat. See you on the next story…

#31 Belum Terlambat Memilihmu

Maaf karena aku terlambat menyadari rasamu kepadaku. Aku hanya terbiasa dengan hari-hari yang dihabiskan bersamamu. Kalau saja aku sadar leb...