Sabtu, 12 Juni 2021

#27 Luka Darimu yang Belum Selesai

 Terima kasih sudah membuatku menunggu

Atas segala janji yang tak bisa kamu tepati.

Aku terlanjur terperdaya oleh sikapmu,

perlakuan manis dan sentuhan lihaimu.

Nampaknya aku yang memang lengah dan tak berdaya dihadapanmu.


Seharusnya aku tau siapa dirimu

Seseorang yang lari dari bayangan masa lalu,

Ketakutan tanpa kepastian penyelesaian.

Orang yang bersembunyi di ruang yang gelap dan dingin, hingga aku merasa kasihan.


Aku memutuskan memberikan sesuatu yang berharga bagiku.

Hati yang hangat dan terisi oleh kasih dan cinta, pada akhirnya kupinjamkan kepadamu.

Aku melakukannya, supaya kamu tidak membeku di jalanan seorang diri.

Tak cukup sampai di situ, tak tega aku meninggalkanmu terlantar tanpa arah dan tujuan.


Aku melangkah mendekatimu, dan membiarkanmu bersandar di pundak ini.

Aku menyanggah tubuhmu dan menuntunmu perlahan menapaki jalan pulang.


Saat aku bertanya, kemanakah kamu akan pulang?

Kamu hanya terdiam menatapku dengan tatapan kosong.

Semakin melangkah maju, aku takut jika kamu akan tersesat dan tak bisa kembali.


Akupun memberanikan diri menggandeng tanganmu pulang ke rumahku.

Meski kamu orang asing, namun perlakuanmu terhadapku tidak lagi seperti orang yang baru mengenalku.

Sejak hari itu, aku merasa hangatnya hatimu mulai menjalar tepat di hatiku.

Dan aku luluh dipelukanmu.


Hari berlalu, keadaanmu nampak semakin membaik.

Larimu tak lagi perlu kutuntun, sudah cepat kamu berjalan ke halaman luar.

Entah apa yang kamu cari, langkahmu selalu berhenti tepat di depan pagar rumahku.


Terkadang kamu membuatku marah karena sikapmu yang mulai acuh tak acuh terhadapku.

Akupun memakluminya meski tak jarang aku yang terluka karena dirimu.


Saat kamu murung di dekat pagar dengan tatapan kosong ke arah luar, aku datang menghampiri dan mendekap tubuhmu.

Meskipun kamu membalas dekapanku, tapi aku tidak merasakan kehangatan yang sempat kurasa sebelumnya.

Benar, aku berharap cemas tanpa tahu alasanmu yang terus bungkam serta mengelak menjelaskan mengapa kamu berdiri di pagar rumahku sembari melihat keluar.


Firasatku kian terbalas dengan rasamu yang mulai tak biasa.

Gelagatmu dan segala misteri yang kamu pendam semakin terasa muncul ke permukaan.

Aku yang terlambat menyadarinya.

Terlalu naif mempercayai orang asing sepertimu.


Hingga suatu hari aku tahu betul alasannya.

Mengapa tubuhmu bergetar setiap kali berdiri di dekat pagar sembari sesekali melihat ke arahku dengan wajah ragumu.


Akulah yang terlambat memahami keadaan.

Ada cerita yang belum terselesaikan.

Ada kisah yang belum berakhir atau berlanjut antara kamu dengan sosok di luar sana.

Memuncak rasa kecewaku saat kamu melangkahkan kaki kanan keluar pagar.


Akupun mengerti jika kamu belum selesai dengan dirinya.

Sosok yang kamu rindukan, yang belum selesai kala rasa takutmu lebih kuat membawamu berlari tanpa kepastian.

Rasa setengah hati yang kamu lampiaskan kepadaku,

Semua karena dirinya.


Muak aku bersembunyi di bawah bayang-bayangnya.

Gadis yang selalu kamu cari tiap menatap mataku yang kupikir itu tulus.

Paham aku, bagaimana pelukan dan sentuhanmu yang hangat itu bukan untuk aku satu-satunya.


Kamu tahu? Hancur rasanya hatiku tercabik oleh rasa yang seharusnya tidak perlu ada.

Aku lelah dan kehilangan energiku.

Aku yang hancur dan menyalahkan diri sendiri.

Terlalu bodoh dan terbutakan oleh bayangan cinta yang nyatanya tak setulus dugaanku.


Saat luka hatiku menumpuk,

Kuhancurkan pagar pembatas rumah dan memaksamu keluar dari wilayahku.

Memintamu menjauh, membencimu, memaki, dan mengutuk rasa cintamu yang pernah singgah di lubuk hatiku.


Namun, rasa benci tak akan cukup membuatku hidup.

Aku sadar ini bukanlah akhir dari hidupku.

perlahan aku menghapus jejak tentang dirimu.

Kamu tahu? Aku yang terlanjur hancur, sekalipun sukar melupakanmu.

Tapi aku tahu rasa sakit ini akan pulih suatu hari nanti.

Tersiksa karenamu hari ini adalah pilihan terbaik yang aku ambil untuk hidupku.

Melepasmu adalah jalanku agar tak lagi menderita karena cinta.

Aku sadar, bahwa aku hanya akan selesai, bila aku tak lagi menaruh rasa kepadamu.


Aku yang hari esok mencoba bertahan dengan sisa-sisa hati yang sedang patah, 

Kembali belajar dari kenangan yang terlewati.

Mencintai apa yang membuatku bahagia, selalu jadi kekuatanku untuk bertahan.

Mencoba perlahan berdamai dengan rasaku sendiri.

Berproses bersama diri sendiri dengan lebih tulus.

Hingga suatu hari aku sadar, bahwa kekuatan itu ada karena aku sudah lebih dulu mencintai diriku sendiri.


Yogyakarta, 12 Juni 2021

-GG-

#31 Belum Terlambat Memilihmu

Maaf karena aku terlambat menyadari rasamu kepadaku. Aku hanya terbiasa dengan hari-hari yang dihabiskan bersamamu. Kalau saja aku sadar leb...